Menyuling Asa dari Jejak Serai Wangi di Lebak

Lahan serai wangi di Kabupaten Lebak | foto: Baihaki/KONTAN
Lahan serai wangi di Kabupaten Lebak | foto: Baihaki/KONTAN

Dalam wiracarita pewayangan Jawa Kuno, tersebutlah sosok yang dianggap lambang ketangguhan bernama Antasena. Termahsyur karena kemampuannya untuk terbang, menembus bumi, menyelam di perairan hingga bertahan di bara api, tak lain karena darah sang ksatria Werkudara mengalir di dalam tubuhnya. Antasena memang polos dan lugu, tapi pendiriannya yang teguh, membuat Surya pun segan menantangnya. Dia adalah perwakilan dari kegigihan yang menjelma ke seluruh entitas hidup di dunia, termasuk tumbuhan ramping dan sederhana bernama serai wangi

***

Bicara soal tumbuhan yang kuat, penampilan serai wangi memang kerap diremehkan apalagi jika melihat batang dan daun-daun rampingnya,

Dia jelas merupakan tanaman rumput-rumputan yang tentu saja jika dibandingkan dengan ulin si pohon besi, serai wangi akan kalah. Begitu juga dengan bambu yang punya kekuatan tarik lebih dari baja atau bakau yang mampu menahan gelombang dan erosi, serai wangi lebih tidak diperhitungkan. Namun bagi masyarakat Sajira di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, serai wangi adalah primadona.

Kendati tak sepopuler welwitschia yang meski hanya punya dua daun, mampu hidup hingga ribuan tahun di kondisi seekstrem Gurun Namib di Namibia dan Angola sana. Tapi serai wangi adalah ‘emas cair’ yang memang ditakdirkan mengubah peradaban masyarakat Sajira.

Sebagai wilayah dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 119 mdpl, BPS menyebutkan jika suhu di Sajira ada pada kisaran 22°C - 39°C (data pengamatan 2015). Artinya iklim di Sajira memang bersifat tropis dengan kecenderungan siang yang panas. Tak heran kalau dominasi proporsi luas lahan di Sajira adalah areal lahan non sawah, sehingga akan banyak kebun dan lahan-lahan kering yang bukan persawahan basah.

Kondisi lahan yang cukup marginal ini justru menjadi surga bagi serai wangi lantaran tanaman ini menyukai matahari, serta toleran lahan kering. Dilansir The Spruce, produksi minyak atsiri serai wangi bisa maksimal asalkan ditanam di lahan-lahan gembur, punya drainase baik, serta tanah-tanah kering dengan kondisi cahaya matahari penuh (sekitar +6 jam perhari).

Artinya di bawah terik matahari Lebak yang bisa meredup atau tak kenal ampun, serai wangi mampu membuat lahan-lahan yang terlupa kembali bernapas. Si ramping ini menjadi penggerak agroekologi Sajira, saat aroma harum yang dihasilkan daunnya mengalirkan minyak- minyak atsiri.

Dia adalah entitas gigih yang polos serupa si bungsu Antasena.

Lebak, Tanah Bertuah Penghasil Atsiri Premium

Dani Kurnia selaku Koordinator LPB YDBA Lebak (baju merah) bersama petinggi YDBA dan petani serai wangi | foto: Baihaki/KONTAN
Dani Kurnia selaku Koordinator LPB YDBA Lebak (baju merah) bersama petinggi YDBA dan petani serai wangi | foto: Baihaki/KONTAN

“Petani di Lebak ini menggunakan serai wangi jenis mahapengiri (Cymbopogon Winterianus) yang punya inti geraniol dan sitronelal lebih tinggi. Sehingga produk minyak atsiri kami punya kandungan citronella oil mencapai 50%,” papar Dani Kurnia, selaku koordinator LPB (Lembaga Pengembangan Bisnis) YDBA (Yayasan Dharma Bhakti Astra) Lebak di event INACRAFT 2025, seperti dilansir Pelaku Bisnis.

Dani memang pantas bangga

Sekadar informasi, mayoritas kualitas produk-produk minyak atsiri yang beredar di pasaran punya kandungan citronella oil sebesar 40% saja. Bahkan Indesso selaku perusahaan manufaktur bahan berbasis alam dan minyak atsiri terkemuka di Indonesia, menetapkan standar kandungan citronella oil di level 45%.

Sehingga pencapaian petani-petani serai wangi di Lebak yang tergabung dalam kelompok tani Sigawawak ini memang patut dipuji. Mengusung nama brand Sajra untuk produk minyak atsiri, Sigawawak sebetulnya terdiri dari para petani di Kecamatan Sajira dan Muncang dengan total kelola lahan mencapai delapan hektar. Namun brand Sajra dipilih karena mayoritas petani serai wangi berada di wilayah Sajira.

Menariknya menurut Dani, para petani di Lebak ini sebelumnya adalah petani karet yang kemudian oleh pihak YDBA dibekali sejumlah ilmu pelatihan sejak tahun 2023. Setidaknya ada 20 program yang dilakukan mulai dari basic mentality, teknik budidaya, manajemen usaha, pemasaran, sampai keuangan.

“Pihak YDBA Lebak melihat potensi UMKM serai wangi ini sejak November 2022. Kami mengamati ada komitmen yang tinggi dari para petani, jadilah grand design dimulai. Ada 16 UMKM yang tergabung di Sigawawak, termasuk salah satunya Pamatang milik Pak Kasman,” lanjut Dani lugas.

Petani serai wangi di Lebak melakukan proses penyulingan | foto: Baihaki/KONTAN
Petani serai wangi di Lebak melakukan proses penyulingan | foto: Baihaki/KONTAN

Tentu mengubah kebiasaan petani dari yang sebelumnya menanam karet menjadi serai wangi, bukanlah hal mudah. Bahkan hingga tahun 2025 ini, pembinaan tetap berjalan. Seperti mengajari anak-anak kecil membaca dan menulis, YDBA Lebak mengenalkan para petani Sigawawak mulai dari mengolah lahan-lahan tidur di sekitar mereka, perawatan dan memanen serai wangi, sampai tentunya penyulingan.

Dani menegaskan bahwa tiap serai punya aroma yang berbeda, sehingga penting bagi petani Sigawawak untuk menggunakan tanaman serai berkualitas tinggi demi menjaga kualitas produksi.

Supaya bisa menghasilkan aroma citrus yang khas, batang dan daun serai wangi yang segar harus dibersihkan terlebih dulu baru kemudian dipotong kecil-kecil, sebelum kemudian dipanaskan bersama air di dalam ketel penyulingan. Panas itu akan menghasilkan uap yang dialirkan lewat pipa-pipa menuju kondensor berisi air dingin. Saat uap-uap wangi itu mengembun, bakal berubah menjadi cairan.

Cairan-cairan itu, bakal saling memisahkan diri menjadi lapisan minyak dan air di tangki penampungan. Nah, minyak itulah sang minyak atsiri atau disebut sebagai ‘emas cair’ dari Kabupaten Lebak.

“Sejauh ini petani Sigawawak di Banten lewat brand Sajra sudah punya tiga jenis produk yang merupakan paduan dari lima bahan minyak atsiri yaitu minyak murni (citronella oil), minyak pijat (aromatic massage oil), dan karbol,” jelas Dani panjang lebar.

Minyak atsiri hasil penyulingan serai wangi | foto: Baihaki/KONTAN
Minyak atsiri hasil penyulingan serai wangi | foto: Baihaki/KONTAN

Seperti visi besar Astra lewat YDBA untuk mengajak masyarakat berdaya lewat pemanfaatan komoditas alam secara bertanggung jawab, petani Sigawawak pun melakukannya. Di mana sejak tahun 2024, para petani serai wangi tak hanya menghasilkan senyawa aromatik saja, tapi juga mengolah limbah penyulingan menjadi produk-produk turunan bernilai ekonomis.

Di mana dalam setiap proses penyulingan serai wangi, ada dua jenis limbah yang dihasilkan yakni berbentuk cairan (air hidrosol) dan berbentuk padat (daun dan batang serai wangi). Untuk limbah cairan, bisa diolah menjadi karbol sedangkan limbah padatnya bisa dimanfaatkan untuk bahan pakan ternak ruminansia (sapi, domba, kambing), bahan baku kompos/pupuk organik, bahan baku bioarang yang bisa memperbaiki kualitas tanah, insektisida, hingga bahan baku dupa (pewangi ruangan).

Petani Sajira membuktikan, tak ada yang sia-sia dari serai wangi. Dari daun, uap, hingga limbahnya semua memberi nilai. Serai wangi adalah ‘penyihir’ yang mengubah lahan-lahan terlupakan menjadi tanah ‘bertuah’.

Dari Lebak, Emas Cair Serai Wangi Mengharumkan Indonesia


Sebagai perpanjangan mimpi luhur Astra, Yayasan Dharma Bhakti Astra tak akan berhenti mengembangkan UMKM Indonesia supaya naik kelas dan mandiri. Pertanian menjadi salah satu sektor utama dalam jalur ketahanan pangan Nusantara, lewat budidaya tanaman-tanaman perdu seperti serai wangi. Serai wangi adalah aroma Nirwana yang bisa menyulap semak dan alang-alang lahan terbengkalai menjadi berdenyut kembali. Bahkan sebelum disuling, serai wangi sudah memijarkan aroma yang mengurangi hama. Belum bicara soal akar serabutnya yang rapat mampu mencegah erosi, membuat tanah marginal tetap terikat dan tak mudah longsor. Layak kiranya jika Koes Plus berdendang kembali di Sajira: ‘orang bilang tanah kita tanah surga’

***

Julukan ‘emas cair’ kepada citronella oil yang dihasilkan serai wangi disebabkan karena produk ini adalah salah satu komoditas ekspor Indonesia yang menjanjikan. Gandjar Yudniarsa selaku Kepala Dinas Perkebunan Jawa Barat kepada Pikiran Rakyat pernah menyinggung soal ini. Menurut Gandjar, minyak-minyak atsiri asal Indonesia seperti citronella oil sudah diekspor hingga ke 100 negara dengan nilai mencapai US$68 juta (sekitar Rp1,18 triliun).

Lantaran nilai ekspor citronella oil yang terus meningkat, peluang budidaya serai wangi jelas makin menjanjikan. Namun demi memenuhi standar produk yang berkualitas, petani-petani di Lebak tentu tidak boleh tertinggal dalam hal penerapan teknologi dan inovasi pertanian terkini selain membangun SDM (Sumber Daya Manusia) yang makin baik.

“Grand design yang dirancang YDBA Lebak sejak 2023 ini bertujuan memenuhi QCD (Quality, Cost, Delivery) dari pihak offtaker alias ‘ayah angkat’ kelompok Sigawawak, yakni CV DAB Subur. Lewat kerjasama ini, offtaker mendistribusikan minyak-minyak atsiri hasil produksi petani Sigawawak ke Indesso. Rata-rata sekali pengiriman bisa mencapai 30 kilogram dan sebulan ada dua kali kirim,” papar Dani.

Meski begitu Dani tak menampik kalau penjualan minyak atsiri di masyarakat memang tidak selamanya mulus. Sebagai produk tersier, pasar-pasar ritel lokal masih menggunakan minyak atsiri untuk menjaga kesehatan, terutama di kalangan kelompok usia dewasa-tua.

Kasman, salah satu petani serai wangi di Lebak sekaligus pemilik UMKM Pamatang | foto: Pelaku Bisnis
Kasman, salah satu petani serai wangi di Lebak sekaligus pemilik UMKM Pamatang | foto: Pelaku Bisnis

Namun hal ini bukanlah pemadam asa, karena para petani serai wangi di Lebak tetap konsisten menghasilkan produk berkualitas tinggi. Bahkan untuk urusan pemasaran meskipun masih fokus di pasar lokal terutama wilayah Banten dan Pulau Jawa, Sigawawak membebaskan pelaku UMKM yang tergabung seperti Pamatang membangun brand lewat pameran-pameran produk dan berjualan di marketplace.

“Kami percaya kalau pasar minyak atsiri ke depannya tidaklah terbatas. Jika satu perusahaan sekelas Indesso saja butuh bahan baku citronella oil dalam satuan ton, bayangkan dengan perusahaan-perusahaan lainnya,” tutup Dani.

Teruslah mewangi wahai sang emas cair asal Lebak.

Tetaplah menyebarkan aroma keberdayaan yang mengaliri sendi-sendi ekonomi Indonesia hingga dunia, langsung dari tangan-tangan ulet para petani di Banten yang mempercayakan hidup pada si ramping nan gigih, serai wangi.

Posting Komentar

0 Komentar